HAKEKAT MANUSIA MENURUT AUGUSTE COMTE

HAKEKAT MANUSIA MENURUT AUGUSTE COMTE

PENGERTIAN POSITIVISME
Positivisme diturunkan dari kata positif, filsafat ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang factual, yang positif. Positivism hanya membatasi diri pada apa yang tampak, segala gejala. Dengan demikian positivisme mengesampingkan metafisika karena metafisika bukan sesuatu yang real, yang tidak dapat dibuktikan secara empiris dan tidak dapat dibuktikan.
Positivisme merupakan bentuk lain dari empirisme, yang mana keduanya mengedepankan pengalaman. Yang menjadi perbedaan antara keduanya adalah bahwa positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang objektif, tetapi empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman yang bersifat batiniah atau pengalaman-pengalaman subjektif.
TAHAP-TAHAP PEMIKIRAN MANUSIA
Menurut Comte perkembangan pemikiran manusia terdiri atas tiga Tahap yaitu Tahap Teologik, lalu meningkat ketahap metafisik, kemudian mencapai tahap akhir yaitu tahap positif.
1. TAHAP TEOLOGIK
Tahap teologik bersifat antropomorfik atau melekatkan manusia kepada selain manusia seperti alam atau apa yang ada dibaliknya. Pada zaman ini atau tahap ini seseorang mengarahkan rohnya pada hakikat batiniah segala sesuatu, kepada sebab pertama, dan tujuan terahir segala sesuatu. Menurutnya benda-benda pada zaman ini merupakan ungkapan dari supernaturalisme, bermula dari fetish yaitu suatu faham yang mempercayai adanya kekuatan magis dibenda-benda tertentu, ini adalah tahap teologis yang palin primitif. kemudian polyteisme atau mempercayai pada banyak Tuhan, saat itu orang menurunkan hal-hal tertentu seluruhnya masing-masing diturunkannya dari suatu kekuatan adikodrati, yang melatar belakanginya, sedemikian rupa, sehingga tiap kawasan gejala-gejala memiliki dewa-dewanya sendiri. Dan kemudian menjadi monoteisme ini adalah suatu tahap tertinggi yang mana saat itu manusia menyatukan Tuhan-Tuhannya menjadi satu tokoh tertinggi. Ini adalah abad monarkhi dan kekuasaan mutlak. Ini menurutnya adalah abad kekanak-kanakan.
2. TAHAP METAFISIK
Tahap metafisik sebenarnya hanya mewujudkan suatu perubahan saja dari zaman teologik, karena ketika zaman teologik manusia hanya mempercayai suatu doktrin tanpa mempertanyakannya, hanya doktrin yang dipercayai. Dan ketika manusia mencapai tahap metafisika ia mulai mempertanyaan dan mencoba mencari bukti-bukti yang meyakinkannya tentang sesuatu dibalik fisik. Tahap metafisik menggantikan kekuatan-kekuatan abstrak atau entitas-entitas dengan manusia. Ini adalah abad nasionalisme dan kedaulatan umum, atau abad remaja.
3. TAHAP POSITIF
Tahap positif berusaha untuk menemukan hubungan seragam dalam gejala. Pada zaman ini seseorang tahu bahwa tiada gunanya untuk mempertanyakan atau pengetahuan yang mutlak, baik secara teologis ataupun secara metafisika. Orang tidak mau lagi menemukan asal muasal dan tujuan akhir alam semesta, atau melacak hakikat yang sejati dari segala sesuatu dan dibalik sesuatu. Pada zaman ini orang berusaha untuk menemukan hukum segala sesuatu dari berbagi eksperimen yang akhirnya menghasilan fakta-fakta ilmiah, terbukti dan dapat dipertanggung jawabkan. Pada zaman ini menerangkan berarti: fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum. Segala gejala telah dapat disusun dari suatu fakta yang umum saja.
3 zaman atau 3 tahap ini menurut Comte bukanlah suatu zaman yang berlaku bagi perkembangan rohani manusia tetapi juga berlaku bagi perkembangan rohani seluruh umat manusia, bahkan berlaku bagi perorangan, ketika muda ia seorang metafisikus dan ketika dewasa ia menjadi seorang fisikus. Ketika seorang masih perpandangan metafisikus ataupun teologis berarti ia masih berfikiran primitif walaupun ia hidup dizaman yang modern. Dan ketika orang berfikiran fisikus maka ia adalah seorang yang modern dimana pun ia berada. Pendapat ini didasarkan pada kecendrungan pernyataannya yang lebih menjurus kepada tahap dalam keyakinan manusia dari pada tahap zaman manusia.
Selain itu tahap dalam 3 zaman ini bukan hanya berlaku dalam hal itu saja tetapi juga bias terjadi dalam ilmu pengetahuan itu sendiri. Yang asal mulanya ketika ilmu pengetahuan masih dikuasai oleh pengertian-pengertian teologis, sesudah itu dikeruhkan oleh pemikiran-pemikiran metafisis hingga akhirnya tiba pada zaman positif yang cerah yang mana meninggalkan bahkan melepaskan dari keberadaan unsur-unsur teologis dan metafisika. Oleh karena itu baginya Teologi dan filsafat barat abad tengah merupakan pemikiran primitive. Karena masih pada taraf pertanyaan tentang teologi dan metafisis.
Baginya manusia tidak dapat mengetahui hakikat dari segala sesuatu, tetapi manusia dapat mengetahui keadaan-keadaan yang mempengaruhi terjadinya peristiwa.
Pengetahuan positivisme mengandung arti sebagai pengetahuan yang nyata (real), berguna (useful), tertentu (certain) dan pasti (extact). Kaidah kaidah alam tidak pernah disederhanakan menjadi satu kaidah tunggal dan kaidah itu terdiri dari perbedaan-perbedaan. Akal dan ilmu menurutnya harus saling dihubungkan karena ilmu yang menurutnya cerapan dari sesuatu yang positif tetaplah harus memakai akal dalam pembandingannya, dan etika dianggap tinggi dalam hirarki ilmu-ilmu.
Daftar pustaka
http://psychorevolution.blogspot.com/2011/02/positivisme-august-comte.html
http://rennynataliaa.blogspot.com/2013/01/positivisme-august-comte_3.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Arthur Schopenhauer

HAKEKAT MANUSIA MENURUT PLATO